Minggu, 30 November 2014

Aku Merindu



Aku kembali merindu, merindukan pemilik senyuman itu. Aku kembali merindu, pada tatapan yang selalu getarkan dada. Aku kembali merindu pada tutur kata lembut yang mengalun indah dari bibirnya. Aku merindu dan selalu saja merindu. Entah sampai kapan aku merasakan rasa ini, Merindu.

            Sabtu kelabu memeluk hujan. Aroma tanah basah disiram air hujan sejak tadi malam menguapkan memori kampung halaman. Mengingatkanku pada cuaca di Dieng jawa tengah, kampung halamanku. Aku masih bisa merasakan betapa dinginnya cuaca Dieng walaupun telah berpuluh-puluh kilometer terpisahkan. Ya, Yogyakarta menjadi tempat tujuanku untuk melanjutkan studi dijenjang yang lebih tinggi. Setelah tamat dari SMA Negeri 1 Dieng aku memberanikan diri merantau. Mencoba mendaftarkan diri ke salah satu perguruan tinggi negeri di Yogyakarta melalui program bidik misi. Dan sekarang disinilah aku, di kota dengan seribu satu cerita, Yogyakarta.
            Seminggu yang panjang telah kulalui. Sebagai mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar atau bisa disingkat dengan PGSD semester 5. Aku memiliki jadwal yang tak menentu. Kadang masuk namun lebih sering tidak. Aku lebih sering mendapatkan tugas dari pada mendengarkan dosen mengajar. Entah, mungkin itu karena sebentar lagi aku akan KKN.
            Sama halnya dengan sabtu kelabu ini, aku masih saja sibuk berkutat dengan tugas-tugas yang entah kenapa kian hari kian tinggi saja tumpukannya. Sepertinya dosen-dosen memang sedang berlomba-lomba memberikan tugas kepada muridnya.
            Pegal kakiku karena terlalu lama kutekuk untuk dapat mengetik dengan posisi yang paling nyaman. Sejenak aku mencoba meluruskannya, namun tetap saja. Ternyata rasa pegal ini bukan hanya milik kaki, ternyata mata juga sudah mulai merasa pegal hanya melihat layar putih bergaris dari komputer. Ada apa dengan tubuh ini, tak bisakan kalian berbaik hati sejenak pada sang empunya tubuh untuk dapat mampu menyelesaikan tugas-tugasnya tepat waktu?
            Mengikuti suara hati kuputuskan untuk berjalan-jalan sebentar. Sekedar menyegarkan tubuh dan memenuhi kehendak perut yang baru kuingat terakhir kali kuisi tadi malam.
            Sabtu sore, selalu saja jalanan depan kos-kosanku ramai. Beberapa mahasiswa keluar, hendak menghabiskan malam minggu dengan hangout bersama teman-temannya, ngedate bersama kekasihnya atau sekedar pergi mencari makan. Ya, mungkin pilihan terakhir sama dengan pilihanku.
            Aku segera mempercepat langkahku ketika gerimis mulai membasahi kerudung paris yang kukenakan. Aku segera berbelok ketika sampai diujung gang. Setelah beberapa langkah aku berjalan, aku masuk ke salah satu warung makan tenda langgananku. Melihatku masuk, Bu Slamet segera menanyaiku ingin makan ditempat atau bawa pulang. Sepertinya Bu Slamet memang tak perlu menanyai aku ingin pesan apa. Bu Slamet selalu tau apa yang akan ku pesan.
            Sepuluh menit menunggu, Bu Slamet datang bersama lele goreng dan secangkir nasi hangat. “ Jingga jingga, mungkin kamu ini harus segera mencari kekasih agar tak perlu setiap sabtu malam ibu melihatmu hanya makan di warung tenda sendiri seperti ini”. Aku hanya tersenyum sambil tersipu malu mendengar ucapan bu Slamet barusan. Bu Slamet memang benar, dari 2 tahun yang lalu aku pasti hanya menghabiskan malam minggu disini. Jika tidak, mungkin aku hanya meringkuk di kos. Jingga sampai kapan kau menunggunya? Sampai kapan kau kan terus merindu?
            Terlihat getaran perlahan dari ponselku yang kuletakkan diatas meja. Dengan ragu kumeraihnya. Aku memang bukan tipe seorang gadis jaman sekarang yang suka sekali bermain dengan ponselnya. Aku hanya menggunakan ponsel untuk beberapa kepentingan saja. Bukan karena ponselku yang tak canggih. Ponselku sudah masuk dalam kategori “si telepon pintar” yang sedang digandrungi banyak gadis. Aplikasi-aplikasinya juga tak kalah menarik. Sejumlah aplikasi seperti what’s up, bbm, path, instagram, skype, bahkan talking tom ku miliki.
            Pesan itu berasal dari aplikasi what’s upku. Terlihat sebuah nama si pengirim pesan, Kenanga. Kenanga? Kenapa harus kenanga? “bukankan sejak lama aku memutus hubungan dengannya. Tak cukupkah ucapanku waktu itu?” teriakku dalam hati.
            Kenanga Amalia Sari, orang kedua yang kubenci setelah diriku sendiri. Aku dan Kenanga sudah bersahabat dari pertama kali aku masuk SD. Saat itu kami sedang berumur 7 tahun. Aku mengenalnya sebagai gadis yang periang dan sangat keras kepala. Kenanga tumbuh ditengah keluarga yang sangat menyayanginya. Ayahnya seorang pemilik perkebunan teh di seluruh Dieng. Pantas saja jika setiap keinginannya selalu terwujud. Apalagi keinginannya yang, duh kalau mengingatnya aku masih selalu saja merasakan sakit hati. Mungkin itu juga merupakan alasan kenapa aku meninggalkan Dieng, tempat kelahiranku.
            “jingga, bisakah kau untuk sebentar mengunjungiku di Dieng? Aku sangat merindukanmu” aku hanya bisa terdiam menatap layar ponsel dihadapanku. Sejurus kemudian tetes air mata mulai menerobos dari balik kedua mataku. Aku kembali bisa merasakan sakit yang teramat dalam dua setengah tahun yang lalu.
~
            Pagi ini aku berjalan melangkah menyusuri sepanjang jalan menuju kampus UNY. Sejak kemarin sore motorku berada di bengkel sebelah kos. Kata sang montir motorku perlu untuk diservis total. Maklum, sudah lebih dari setahun aku tak pernah membawanya ke bengkel selain untuk ganti oli. Jadi kuputuskan hari ini aku akan berangkat kekampus dengan berjalan kaki. Semoga saja tidak hujan.
            Sedari jam 6 aku sudah keluar dari pintu kamar kosku. Beberapa teman kos sempat terheran melihatku sudah siap ke kampus sepagi ini. Saat kuceritakan tentang kejadian motorku yang di bengkel. Mereka berebut ingin menawarkan tumpangan ke kampus. Tapi semuanya kutolak dengan halus. Aku memang tak suka merepotkan orang lain. Itu sudah menjadi tabi’atku sejak lama.
            Ternyata jogja sepagi ini masih sangat sepi, jalanan masih lenggang hanya ada beberapa kendaraan yang melaju. Wajah kota ini sangat berbeda dengan beberapa jam kemudian. Terlebih pada jam 7 pagi ataupun jam- jam pulang kerja.
            Tiga puluh menit aku menyusuri jalanan menuju kampus tibalah aku di gerbang utamanya. Selalu saja masih terbayang kenangan dua tahun yang lalu. Saat dengan bangga aku melangkah masuk melewati gerbang utama yang gagah berdiri menyambut ratusan mahasiswa tiap harinya. Kala itu aku jauh berbeda dengan saat ini. Aku masih sangat lugu, masih terlihat sisi kedesaannya.
            Dari gerbang utama aku masih harus berjalan sekitar empat ratus meter mencapai gedung fakultas Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Gedung masih sangat sepi ketika aku memasukinya. Kuputuskan untuk sekedar duduk menunggu dibangku sebelah gedung. Jadwal kuliahku pagi ini jam setengah delapan. Masih ada waktu sekitar setengah jam. Aku bisa bersantai terlebih dahulu.
            Kuaduk totebag dilengan, mencari sebuah besi persegi panjang bernama ponsel. Ada sebuah pesan masuk di aplikasi what’s up. Kenanga, namanya ada dideretan teratas dalam kontak pesan whats up. Ia mengirimi sebuah pesan kembali. Sebuah pesan yang tak jauh berbeda dengan kemarin. Ternyata ia masih keukeuh menyuruhku pulang.
            Pesan itu kudiamkan saja. Aku tak kuat menjawabnya. Ingin rasanya mengetik kata iya namun hati ini belum sanggup jika harus terluka kembali. Bahkan sepertinya hati ini sudah tak sudi terluka.
            Kuabaikan pesan Kenanga. Aku segera membuka aplikasi yang lain, sepertinya instagram adalah obat termanjur untuk pelipur lara di pagi ini. Segera kebuka instagram dan kuketik sebuah nama, Dagelan. Akun yang selalu menyajikan foto-foto yang selalu dapat membuatmu terpingkal-pingkal membacanya. Tak percaya? Coba searching aja akun ini.
~
            Tepat pukul setengah delapan kelasku akan dimulai. Sejak sepuluh menit yang lalu aku sudah sampai ke kelas. Beberapa menit kemudian teman-temanku berangsur datang. Mereka menyapaku dan segera duduk disampingku. Sekedar duduk bercerita sambil memendang tetes-tetes hujan diluar gedung. Aku selalu memiliki daya magnet mengundang teman-temanku duduk merapat disampingku.
            Mereka mulai menceritakan pengalamannya menghabiskan weekend kemarin. Cerita dimulai dari kejadian kocak yang dialami kawanku, Dya. Dya mengalami kejadian memalukan saat sedang berbelanja di carefour swalayan yang ada di ambarukmo plaza. Ketika hendak turun dari tangga, Dya terpeleset dan semua apel yang ia beli menggelinding. Kejadian itu mengundang tawa sejumlah pengunjung yang ada di mall kala itu. Beberapa pengunjung membantunya memungut kedua puluh apel yang ia beli. Kami semua tertawa mendengar cerita Dya.
            Kejadian yang dialami Dya berkebalikan dengan cerita romantis yang dialami Vita. Ia mendapatkan kejutan ulang tahun dari kekasihnya yang datang khusus dari Kalimantan. Kekasihnya itu datang bersama dengan seluruh anggota keluarga Vita. Itu ialah momen ulang tahunnya yang paling terindah dan tak akan pernah ia lupakan. Betapa bahagianya Vita, ia menceritakannya dengan mata berkaca-kaca saking bahagianya. Aku pun  ikut bahagia mendengarnya. Dalam hati aku iri terhadap Vita. Terhadap seluruh perhatian yang selalu saja diberikan oleh kekasihnya.
            “bagaimana denganmu Jingga. Apa ceritamu weekend kemarin?” Vita bertanya padaku. Membuat seluruh perhatian temen-teman beralih kepadaku. Tatap-tatap mereka penasaran. Aku hanya menggeleng, semua temanku tetap diam. Seperti belum cukup jawabanku barusan. “aku hanya menghabiskan waktuku dikamar dan menyelesaikan tugas-tugas” jawabku sekenanya. Tapi bukankah hanya itu yang aku lakukan kemarin?
            Teman-temanku hanya bisa ber-ohh, alih-alih mendengar cerita romantis ataupun lucu. Ternyata hanya jawaban yang selalu saja masih sama yang mereka dengar. “jingga, sekali-kali kau harus menghabiskan waktumu untuk sekedar nonton film atau makan di kafe. Kalau kau bingung, ajaklah kami. Kami pasti akan selalu mau menemanimu” kata vita tulus sambil menyenggol lenganku. Aku hanya tersipu malu seraya mengangguk setuju.
            Sebentar kemudian, pintu kelas terbuka. Kami langsung membereskan kursi dan duduk dengan rapi. Setelah memberikan salam dan seperti biasa mengabsen. Pak Bambang, dosen pagi ini segera menjelaskan tentang tugas tambahan untuk liburan semester minggu depan.
            “untuk liburan semester kali ini, bapak minta tiap anak membuat artikel tentang cara mengajar guru didesanya. Kalian harus mengobservasi minimal satu sekolah dasar didaerah kalian. Lebih baik lagi jika SD kalian. Lalu memberikan solusi jika mungkin ada cara mengajar yang tidak sesuai dengan kondisi wilayah tempat tinggal. Untuk tugas ini bapak mohon kalian benar-benar mengadakan observasi. Karena hasil artikel yang kalian peroleh akan sangat bermanfaat bagi kehidupan kalian kelak setelah menjadi guru. Mungkin hanya sekian yang bisa bapak sampaikan. Selamat berlibur. Dan tugas bapak tunggu paling lambat satu minggu sejak masuk pertama kuliah. Artikel dengan observasi terlengkap dan terakurat akan bapak masukkan ke blog universitas”
            Pelajaran segera dilanjutkan oleh sang asisten dosen karena hari ini Pak Bambang berhalangan mengajar lebih lama karena ada agenda rapat kampus.
~
            Tugas Pak Bambang mengingatkanku akan pesan yang dituliskan Kenanga untukku. Untuk membuat sebuah artikel seperti itu. Aku mesti pulang ke kampung halamanku. Padahal sudah kubuat agenda mengisi liburan ini, bahwa aku akan menetap di Yogyakarta. Ya, aku memilih tidak pulang ke Dieng. Menghindari pertemuanku dengan Kenanga. Menghindari sebuah janji yang sudah sejak lama diingkari oleh si empunya janji. Tapi, demi membuat sebuah artikel terspesial yang bisa aku persembahkan ke Pak Bambang aku harus pulang ke Dieng. Oke, aku akan membuat keputusan. Aku akan pulang ke Dieng barang sebentar. Cukup tiga hari, dan akan kugunakan seluruh hariku itu untuk mengobservasi SDku dan menulis artikel. Cukup hanya itu, tak lebih.
~
            Pagi sekali travel yang aku pesan sudah menjemputku didepan kos-kosan. Dengan tergesa kukunci kamar dan segera berlari menuruni tangga menuju pintu depan. Aku segera meminta maaf ketika dengan tidak sengaja menyenggol salah seorang tetangga kos-kosanku yang sedang berdiri merapikan sepatu didepan kamarnya.
            Saat membuka pintu travel aku langsung dapat mengira kalau aku merupakan penumpang terakhir yang dijemput. Travel ini terdiri oleh 10 penumpang dengan satu orang sopir didepan, tujuh penumpang adalah penumpang laki-laki dan tiga diantarang termasuk aku adalah perempuan. Kami akan melewati empat jam bersama menuju Dieng, Jawa Tengah.
            Baru setengah jam aku didalam travel. Belum ada seperempat perjalanan, aku merasakan rasa bosan yang teramat sangat. Segera kuaduk ponsel dari dalam tasku, sejurus kemudian aplikasi media player sudah siap menunggu. Setelah menancapakan headshet ditelinga, kutekan tombol play dari dalam ponselku. Suara Maudy Ayunda telah mengalun merdu memenuhi telingaku. Sungguh pengantar tidur yang menenangkan.
            Setelah menekan tombol keluar dari dalam ponselku, aku tertarik juga melihat pesan-pesan yang masuk ke aplikasi what’s up, melupakan rencana tidurku barusan. Tentu saja nama Kenanga masih ada disana. Tak akan pernah ku hapus, tidak aku memang tidak sanggup.
            Kubuka kembali pesan yang dituliskan Kenanga untukku. Ternyata tak hanya pesan tulis, Kenanga juga sudah mengirimkan sejumlah foto. Tak kuasa aku menahan linangan air mata, ketika didepanku telah disodorkan foto Kenanga denganku dulu semasa SMA juga foto-foto lain kenangan kami semasa SMA. Aku memandangi foto-foto itu. Perlahan membawanya kepelukanku. Menangislah aku sejadi-jadinya pagi itu. Bersama lajunya travel membawaku ketempatnya, ketempat Kenanga berada.
~
            Adzan dhuhur menyambutku ketika pertama kalinya setelah dua tahun yang lalu, aku menginjakkan kaki kembali ke tanah kelahiranku. Ketempat dimana aku telah dibesarkan. Ketempat dimana seluruh kisah ini seharusnya dimulai disini.
            Aku masih sangat hafal tempat ini. Lebih seperti aku menghafal diriku sendiri. aku memutuskan untuk naik ojek untuk menuju kerumahku yang masih berjarak satu kilometer dari tempatku berdiri saat ini.
            Kami, aku dan sang bapak ojek berjalan perlahan menuruni sebuah jalan yang terjal, takut-takut terjatuh terjerembab kejurang dibawahnya. Aku sangat menikmati perjalanan satu kilometer yang kulalui sekitar dua puluh menit karena jalanan yang sangat tak bersahabat ini.
            Setelah memberikan dua lembar uang sepuluh ribuan dan mengucapkan terima kasih aku segera beranjak pergi. “neng, maaf apakah ini Jingga? Jingga yang temannya Kenanga dulu?” perkataan tukang ojek tadi membuatku segera berhenti dan berbalik mengangguk. “apakah kau sudah lupa denganku, Jingga? Aku ini Panji teman sekelasmu dulu” aku segera tertawa dan berjalan mendekati Panji. Kami saling tertawa, mentertawakan kebodohanku bisa lupa pada Panji.
            Panji bercerita banyak hal, tentang pekerjaannya, tentang keluarga barunya, tentang anaknya yang baru saja lahir, tentang apapun. “Jingga, kau harus melupakan masalahmu dengan Kenanga. Semua itu sudah berlalu. Dua tahun lebih kau telah diam, menutup dirimu. Bahkan pergi merantau meninggalkan seluruh kenangan di Dieng ini. Aku mohon sebagai temanmu Jingga. Aku mohon kau berbaik hati untuk barang sebentar mengunjungi Kenanga. Ia sangat ingin bertemu denganmu. Semua orang bisa berbuat salah, Jingga. Kau juga pantas jika ingin menghukum Kenanga. Tapi ketahuilah Jingga, Kenanga sudah sangat menyesali perbuatannya saat itu”.
            Aku hanya diam membisu. Tak ada yang ingin aku katakan. Tepatnya tak ada yang pantas aku katakan. Hanya air mata yang tak bisa lagi kubendung. Siang itu aku kembali terisak, kembali terisak untuk yang kesekian kalinya.
            Panji mengangguk seperti bisa menebak apa yang aku pikirkan. Dia membiarkanku tetap terisak. Menunggu hingga aku berhenti terisak. Dan kemudian ia pamit, memohon pulang karena adzan Asar telah terdengar. Sore itu kami menutup percakapan sahabat lama masih dengan tanda tanya. Sampai kapan aku menutup diri dari masa laluku?
~
            Saat aku mengucapkan salam tadi sore. Seketika itu juga rumahku berubah kembali ceria. Sepertinya mereka memang sudah lama menunggu kepulanganku. Menunggu tiap hari selama dua tahun lamanya. Mereka, ibu ayah dan kakakku memang sering memintaku pulang. Tapi mereka tak pernah memaksa jika aku selalu berkata aku belum mau pulang. Mereka selalu yakin, suatu saat nanti aku pasti pulang. Dan ternyata suatu saat nanti itu adalah hari ini. Hari Sabtu, 13 Desember 2014.
            Dek, bolehkah kakak masuk?” suara kakakku lembut seraya perlahan mengetuk pintu kamarku. “tentu saja boleh, silahkan masuk” teriakku dari dalam. Kakakku segera paham dan memberanikan diri masuk kamar.
            “jingga, apakah kakak mengganggumu?”. Aku segera menggelengkan kepala menjawab tidak. “kalau begitu bolehkah kakak bercerita padamu tentang sebuah kisah yang kakak pendam rapat-rapat darimu dua setengah tahun yang lalu”. Aku segera duduk dipinggiran kasur memberikan ruang yang lebih lebar agar kakakku leluasa bercerita.
            “itu hari dimana kamu pulang sekolah dengan menangis. Kakak memang sudah berkali-kali melihatmu menangis tapi kali itu berbeda. Kakak melihatmu menangis dengan sangat tersedu-sedu. Kakak merasa ada sesuatu yang salah. Saat kakak coba ketuk kamarmu. Kau hanya menangis dan terus menangis. Kakak putuskan untuk hanya diam dan duduk didepan rumah. Setelah hari berangsur senja, datanglah seorang pemuda. Kakak sangat mengenalnya, tentu kau juga sangat mengenalnya. Ia datang dan langsung memeluk kakak. Kakak langsung mengajaknya duduk dan membuatkan sebuah teh hangat. Sore itu ia bercerita tentang semua. tentang ia yang mencintaimu, dan kedatangan Kenanga dihidupnya, tentang ayah Kenanga, dan tentang jabang bayi yang dikandung Kenanga. Ia benar-benar bersumpah menyesal atas semua kejadian buruk itu. Ia sungguh menyesal Jingga. Namun ia juga tak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya bisa mengatakan kalau sampai kapanpun ia akan selalu mencintaimu. Jingga, sampai kapanpun” Jingga hanya bisa tersedu-sedu mendengar ungkapan kakaknya. Dalam memorinya, masih sangat terlukis jelas sosok pemuda yang dari SMP itu telah mengisi hatinya. Bahkan hingga saat ini, setelah dua setengah tahun kejadian itu terlewatkan.
“bolehkah kakak memohon satu hal padamu Jingga? Maukah kau mengunjungi Kenanga? Kenanga sangat membutuhkanmu saat ini” ucap kakaknya perlahan seraya mengelus lembut rambut Jingga. Jingga masih tersedu-sedu tak bisa berkata apa-apa. Seperti paham apa yang Jingga pikirkan kakaknya berkata “Jingga, semakin kau menghindarinya kau justru akan semakin dekat. Jingga, kakak dengan senang hati akan menemanimu kerumah Kenanga. Bagaimana, dek?” samar namun pasti Jingga mengangguk. Mungkin sudah tiba waktunya aku harus menghadapi masa laluku sendiri.
~
Sepagi itu Jingga sudah bersiap didepan cermin, berusaha menghilangkan bekas tangis semalam dengan beberapa perlengkapan kosmetik. Saat itu waktu menunjukkan pukul tujuh setengah jam. Sudah saatnya Jingga harus bergegas. Bekas tangisannya pun berangsur tertutup oleh makeup yang sengaja ditebalkan.
Perjalanan menuju rumah Kenanga membutuhkan waktu hampir satu jam menggunakan sepeda motor. Kakaknya sengaja meliburkan diri hari itu. Ia sudah berjanji akan selalu menemani adiknya. Dan janji itu ia tepati hari ini. Saat pamit tadi pagi ibunya menepuk pelan bahu Jingga, berusaha memberikan suntikan semangat kepada anak bungsunya itu.
Sebelum sampai dirumah Kenanga, kakaknya mengajaknya ke sebuah toko bunga. Kakaknya membeli seikat bunga mawar merah. Itu memang bunga kesukaan Kenanga, dulu aku sering sekali membelikan Kenanga bunga mawar merah itu.
Perjalanan selanjutnya membuatku semakin gelisah. Apa yang akan Kenanga katakan? Apa yang akan aku jawab? Apa? Apa?. Kurang lima belas menit lagi kami akan sampai didesa tempat Kenanga tinggal.
Setelah sampai digapura masuk ke desa itu aku semakin gugup. “kak berhenti!” ucapku tegas yang membuat kakakku segera mengerem laju sepeda motor yang kami naiki. Saat motor berhenti, seketika itu juga aku langsung turun dan berjongkok. Aku semakin gugup, keringat dingin mengucur deras dari telapak tanganku. Apakah ini berarti aku belum siap? Tapi sampai kapan?
“semua keputusan ada di kamu, Jingga. Kita lanjut atau berhenti cukup sampai disini”. Aku hanya diam, kakakku segera turun dari motor dan menggandeng tanganku. Kami duduk ditanggul sebuah rumah.
Lima belas menit lamanya aku hanya diam menunduk ditanggul. Sesekali mengangkat wajahku. Tiba ke menit lima belas, persis aku menghitungnya. Aku berdiri mengajak kakakku melanjutkan perjalanan. Kakak hanya mengangguk dan kembali menstarter motor.
Motor kembali melaju. Kemudian berhenti tepat didepan rumah Kenanga. Rumah itu masih sama, masih sama dengan dua setengah tahun yang lalu. Mawarnyapun masih tumbuh subur didepan rumahnya. Hanya saja kini semakin sedikit jumlahnya.
Sesaat setelah kami sampai, pintu rumah itu terbuka. Seorang gadis kecil berumur sekitar satu setengah tahun keluar. “Astaghfirullah, apakah itu? Sudahlah aku kesini memang untuk menemuinya” bisikku dalam hati. Sama halnya denganku. Gadis kecil itu berdiri terheran-heran. Pantas saja karena ini pertama kalinya kita berjumpa. Ia segera meneriakkan beberapa kalimat kepada penghuni rumah. Mengabarkan kalau ada seorang tamu didepan. Gadis kecil itu menggandeng lembut tanganku. Mengajakku memasuki rumahnya, aku menoleh kearah kakakku. Dan ia tersenyum seraya berjalan disampingku.
Baru saja beberapa langkah kakiku masuk kerumah itu. Sebuah pelukan kawan lama segera menghambur ke tubuhku. Ya, itu adalah Kenanga. Ia segera menangis tersedu-sedu dalam pelukku. Berkali-kali permohonan maaf ia ucapkan. Aku hanya bisa mematung bisu. Kata-kata yang sudah kusiapkan sepertinya menguap diudara. Aku memilih diam. Membiarkannya terus tersedu-sedu dipelukanku.
Lama setelah itu ia pun berangsur tenang. Sejurus kemudian ia mengajakku duduk disebuah sofa besar diruang tamu. “mama, mbak ini siapa?” terbata-bata ia berbicara. Ibunya hanya tersenyum seraya menyuruhnya masuk ketempat neneknya.
“jingga, maukah kau memafkanku” suara Kenanga memecah sunyi yang membungkus sejak kepergian gadis itu. Aku kembali diam dan menunduk, meremas jari jemariku yang sudah sedari tadi basah oleh keringat dingin. “jingga, aku akan bercerita. Maukah kau mendengarnya” samar namun pasti aku mengangguk menandakan kesetujuanku.
“saat itu kita berdua sama-sama masih berada dibangku SMP. Aku dan kamu pasti mengenalnya, ya pemuda itu. Anak baru yang masuk ke kelas kita saat kita dibangku kelas tiga. Kita bertiga kerap sekali mendapatkan tugas satu kelompok, oh tentu saja juga dengan Panji. Kenapa aku jadi melupakannya. Hahaha” tawanya terdengar sangat sumbang. “tiba saat SMA, saat dimana kejadian itu terjadi. Saat itu hujan deras, matahari juga sudah sedari tadi tumbang diufuk barat. Aku selalu ingat pesan guru ngaji kita dulu. Jika hanya ada dua orang laki-laki dan perempuan maka yang satu lagi adalah setan. Dan hal itu benar-benar terjadi. Setan telah membutakan mata kami. Bukannya aku tak tahu kalau selama ini kau memendam rasa padanya, Jingga. Aku tahu, tapi kau juga sebaliknya harus tahu. Jika sudah dari lama juga aku jatuh cinta padanya. Aku suka padanya sejak ia berdiri di depan kelas memperkenalkan dirinya. Mungkin untuk kejadian di sore itu, kau lebih tepat membenciku. Karena saat itu berulang kali ia bilang bahwa hanya kau yang disukainya. Aku yang mendesaknya. Dan setelah kejadian itu terjadi, dua bulan tepatnya. Aku merasakan apa yang sering beberapa ibu hamil rasakan. Saat itu aku panic, Jingga. Aku takut, gelisah, dan hancur. Sepulang sekolah sore setelah bimbingan belajar selesai aku mengajak pemuda itu. Yah sepertinya aku harus mulai mengucap namanya. Aku mengajak Andi mengobrol sebentar. Saat semua teman sudah pulang sekolah, aku langsung menceritakan semua yang kurasakan. Dan bertanya padanya apa yang harus aku lakukan. Andi hanya diam, jelas terlihat wajahnya pucat pasi. Mungkin hal itu tak pernah ia pikirkan sebelumnya. Kala itu memang hanya ada satu jalan keluar yang bisa diambil. Suka tidak suka Andi tetap harus menikahiku” cerita Kenanga terhenti ia mengambil tisu diatas meja. Dan kembali mengusap wajahnya yang sudah basah sejak tadi.
“dan jadilah dibulan kehamilanku kelima, Andi menikahiku. Keputusan itu terpaksa kami ambil, Jingga. Maafkan aku, sungguh maafkan aku. Kau boleh sekali membenciku. Tapi aku mohon jangan benci Andi. Ia sungguh masih mencintaimu. Bahkan sampai sebulan lalu, saat Andi menghembuskan nafas terakhirnya ia masih saja menyebut namamu, Jingga. Ya, hanya kamu. Bahkan aku yang dari tiga bulan sebelumnya merawatnya pun ia lupakan. Kami memang sudah menikah, baik secara agama ataupun pemerintah. Tapi dalam rumah kami tak lebihnya seorang teman yang selalu menjaga jarak. Sekarang atas nama Andi, atas nama orang yang aku cintai sejak kita sama-sama duduk dibangku SMP. Aku memohonkan maafmu. Biarkan Andi tenang disana” cerita itu ditutup dengan sebuah permintaan maaf yang begitu suci. Sebuah permintaan maaf  dari teman lama untuk suaminya yang sangat ia cintai namun tak pernah bisa membalas rasa cintanya.
~
Sang pemilik kehidupan memang selalu punya rahasia di setiap kehidupan seorang hambanya. Tepat satu tahun setelah kematian Andi. Kenanga menikah dengan kakakku, kak Gusti. Mereka hidup bahagia, akhirnya Kenanga benar-benar menemukan cintanya yang ia dapat bukan dari orang yang ia cintai. Namun orang yang diam-diam mencintainya sejak masih kanak-kanak.
Lalu bagaimana dengan kisahku? Kapan aku dipertemukan-Nya dengan sosok pemuda yang selalu aku harapkan ditiap sujudku? Aku sudah bosan menghabiskan waktuku sendiri, tanpa sang kekasih hati.
Aku merindu, sungguh merindu.

Sabtu, 04 Oktober 2014

unimagine

 HELLO GUYS ! welcome back to my blog :)
Disini Magenta akan bercerita soal liburan idul fitri kemarin. album ini sebenernya latepost sekali. sangat sangat terlambat. tapi nggaka apa-apa :)

perjalanan kita kemarin ke dua tempat wisata dikulon progo, yaitu ke pantai glagah dan ke desa wisata kalibiru. kemarin, magenta pergi bersama beberapa anak dari grub suka maen :)

and this some picture when we go together




 lihat-lihat ini temanku, her name is Alifah Nur Rahmah. kita biasa memanggilnya Alipenk. look at this clothes, sama kayak punyaku kan :) itu semua nggak direncanakan lo.
 some member of suka maen grub :)



duh deh takut kepanasan ni

habis dari pesisir sekarang kita naik gunung ni. next trip kita maen ke desa wisata kalibiru. sempet tersesat beberepa kali akhirnya kita nyampe juga ke kalibiru. alhamdulillah :)




yuhu~ 



nah, itu tadi ceritaku tentang liburan idul fitri ini.
thanks for all member of suka maen grub

Sabtu, 24 Mei 2014

Laporan Kegiatan Perkemahan


LAPORAN KEGIATAN
PERKEMAHAN TARUNA MELATI 1 QOBILAH FATMAWATI



HENDRI NOVIA KUMARA DEWI
XI C



MADRASAH MU’ALLIMAAT MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
Jalan Suronatan NG. II/653 Notoprajan Yogyakarta 80236
KATA PENGANTAR
            Laporan kegiatan dengan judul “Laporan Kegiatan Perkemahan Taruna Melati I Qabilah Fatmawati” merupakan laporan yang ditujukan untuk memenuhi tugas ekstrakulikuler wajib Hisbul Wathan.
Rasa syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang dengan rahmat dan hidayahNya, penulis dapat menyusun laporan kegiatan ini.
Ucapan terima kasih patut penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan laporan kegiatan ini.
Kami berharap semoga laporan kegiatan ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya, terutama bagi para guru serta seluruh siswi Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta.
Dalam penyusunan laporan ini penulis telah berusaha dengan segenap kemampuan. Tentunya masih banyak kekurangan dan kesalahan. Untuk itu penulis sangat mengharap kritik dan saran agar laporan ini menjadi lebih baik.

                                                                                                            Yogyakarta, 19 Mei 2014

                                                                                                                        Penulis





DAFTAR ISI
1. HALAMAN AWAL ……………………………………………………………………..
1
2. KATA PENGANTAR …………………………………………………………………...
2
3. DAFTAR ISI …………………………………………………………………………….
3
3. PENDAHULUAN ……………………………………………………………………….
4
A. Nama Kegiatan ……………………………………………………………………….
4
B. Latar Belakang ……………………………………………………………………….
4
C. Laporan Kegiatan …………………………………………………………………….
4
C. Tujuan Kegiatan ……………………………………………………….......................
5
D. Target ………………………………………………………………….......................
6
E. Waktu dan Tempat Kegiatan …………………………………………………………
6
G. Agenda Kegiatan ……………………………………………………………………..
6
H. Panitia Pelaksana …………………………………………………………………….
6
I. Laporan Keuangan …………………………………………………………………….
6
    J. Dokumentasi …………………………………………………………………………..
6
4. Evaluasi ………………………………………………………………………………….
7
a. Evaluasi Kegiatan …………………………………………………….........................
7
b. Kendala………………………………………………………………………………..
7
c. Solusi…………………………………………………………………………………..
7
5. Lampiran………………………………………………………………………………….
8











PENDAHULUAN
A. Nama Kegiatan
      Kegiatan ini adalah Perkemahan Taruna Melati Qobilah Fatmawati Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta.
B. Latar Belakang
           Kegiatan rutin Hizbul Wathon yang diadakan di Mu’allimaat merupakan salah satu bentuk kegiatan kepanduan. Dalam Hizbul Wathon, telah diajarkan berbagai macam kegiatan cinta tanah air. Seluruhnya, tercantum dalam Undang-Undang Pandu Hizbul Wathon. Mulai dari kepedulian terhadap sesama, lingkungan, hingga perbaikan budi pekerti sendiri. Pada dasarnya, tujuan Hizbul Wathon itu ialah untuk membentuk kader-kader yang mencintai tanah air dan mau membela bangsa sendiri dengan akhlak yang baik serta semangat juang yang tinggi.
              Diadakannya kegiatan perkemahan ini diharapkan menjadi salah satu wadah bagi tingkat penghela untuk dapat mempraktekan kegiatan kepanduan yang pernah diajarkan. Dalam perkemahan ini pula diharapkan peserta dapat belajar mencintai dan menghargai lingkungan alam, sehingga bermanfaat bagi kehidupan peserta kedepannya.
C. Laporan Kegiatan
              Saya berangkat dari jogja pukul 08.30 dengan menggunakan bis “GUNDUL”. Sepanjang jalan saya dan tiga kelompok lain bernyanyi-nyanyi dengan riang gembira. Suasana berubah ketika kami sudah mencapai kecamatan imogiri. Jalanan yang berbelok-belok dan menanjak membuat kami hanya terdiam sambil sesekali memekik karena bis yang hamper terperosok kebelakang. 20 menit kemudian kami sudah sampai ke lokasi perkemahan, “ taman buah mangunan”.
              Jam 09.30 saya mulai mendirikan tenda. Berbekal palu, patok, tali, tongkat, dan tentunya tenda. Akhirnya saya dan kelompok berhasil mendirikan tenda J
              Ketika jam sudah menunjukkan pukul 11.00, para panitia sudah berkoar-koar mengajak para peserta menuju tempat upacara pembukaan. Kelompok saya pun meninggalkan Lela dan Lu’ay ditenda untuk memasak makan siang. Upacara sempat ditunda beberapa menit karena menunggu Pembina upacara yang sepertinya mengalami kemacetan dijalan. Oke, akhirnya kami menunggu. Dengan symbol ikan kembali kesungai, resmilah acara perkemahan ini dimulai.
              Setelah upacara pembukaan selesai saya langsung menuju tenda. Ternyata makanan sudah jadi ketika saya sampai ketenda, Alhamdulillah !!
              Jam 2 tepat kami semua mulai kegiatan outbond. Kelompok saya mulai menuju ke pos pertama yaitu BOM, permainan yang cukup menguras kesabaran. Kenapa? Sepertinya kurang persiapan dari instrukturnya sehingga kami harus menunggu cukup lama lagi. Setelah permainan BOM selesai, saya dan kelompok langsung menuju kepermainan lain. Diantaranya yaitu Refling, Jaring laba-laba, Flaying Fox, dan beberapa permaian kepanduan lainnya.
              Setelah capek bermain, saya dan kelompok langsung kembali ketanda untuk mempersiapkan makan malam. Sekarang giliranku memasak, menu mala mini adalah ikan goring hasil santapan ketika outbond.
              Kami makan malam setelah selesai menunaikan sholat maghrib berjama’ah diaula. Menurutku, panitia bagian keibadahan kurang terstruktur. Karena banyak sekali teman-teman yang masbuk da nada juga sebagian yang sholat sendiri.
              Acara selanjutnya yaitu PENTAS SENI. Acara yang ditunggu-tunggu tapi sempat membuatku sakit hati, sorry J. Ketika giliran Papua, timku yang tampil. Tiba-tiba hujan turun. Panitia terpaksa menyudahi penampilan timku. Padahal kami sudah mepersiapkan penampilan jauh-jauh hari,. Mulai dari kostum, lagu, tarian, hingga drama musical. Tapi apadaya panitia sudah memutuskan.
              Karena tenda yang berair, akhirnya kami terpaksa untuk tidur di dalam aula. Dengan sweeter yang sudah basah karena kupakai hujan-hujanan menyelamatkan barang-barang ditenda. Akhirnya kupaksa mata ini untuk terpejam. Dan hasilnya semalaman aku menggigil. You know that? Yes, no ! J
              Hari selanjutnya, kegiatan jelajahi hutan sudah menanti. Aku adalah peserta dengan kelompok terakhir, belakangku sudah Yunda Niken. Kami melakukan perjalan menebus hutan pinus dalam kurun waktu 3 jam. Seru ! namun ada beberapa bagian yang menyebalkan ketika kami sekelompok tertinggal dibelakang. Bingung, ditengah hutan seperti itu harus mencari arah perjalan kemana. Dan kami kan kelompok terakhir, pastinya dibekang hanya ada Yunda yang sudah tertinggal jauh dibelakang.
              Tapi tak apa, semua rasa capek terobati ketika melihat betapa indahnya pegunungan hijau yang membentang indah saat kami dimercusuar.
              Kira-kira pukul 16.00 kami sudah selesai upacara penutupan. Dan segera bergegas masuk ke bis. Selanjutnya, saya tidak tau karena ketika saya terbangun ternyata sudah sampai di depan toko toha putra. Perkemahan kali ini sangat seru dan berkesan. Thanks all of commite J
D. Tujuan Kegiatan
1.      Mengaplikasikan ilmu kepanduan yang sudah diajarkan
2.      Membentuk pribadi yang cinta tanah air
3.      Membentuk pribadi yang suka bekerjasama
4.      Menumbuhkan rasa solidaritas diantara teman
5.      Menumbuhkan rasa menghargai alam sekitar
6.      Melatih peserta hidup mandiri dan sederhana
E. Target
1.      Teraplikasikannya ilmu kepanduan yang sudah diajarkan
2.      Terbentuknya pribadi yang cinta tanah air
3.      Terbentuknya pribadi yang suka bekerjasama
4.      Tumbuhnya rasa solidaritas diantara teman
5.      Tumbuhnya rasa menghargai alam sekitar
6.      Peserta hidup mandiri dan sederhana
F. Waktu dan Tempat Kegiatan
Waktu         : Minggu – Senin, 13-14 April 2014
Tempat       : Obyek Wisata Kebun Buah Mangunan, Imogiri, Bantul, Yogyakarta
G. Agenda Kegiatan
            Terlampir I
H. Panitia Kegiatan
            Terlampir II
I. Laporan Keuangan
          Terlampir III


EVALUASI
A. Evaluasi Kegiatan
1.      Upacara pembukaan yang mengulur waktu
2.      Shalat berjama’ah yang tidak serentak
3.      Outbon pos 1 “BOM” kurang dipersiapkan dan Pembina tidak cakap
4.      Tempat MCK terlalu sedikit
5.      Kegiatan angkringan malam tidak kondusif
6.      Tata letak tempat pentas seni kurang strategis
7.      Muhasabah malam kurang berkesan dan tidak sesuai dengan permasalahan peserta saat ini
8.      Shalat tahajut yang terpisah-pisah
9.      Senam pagi yang kurang persiapan dan tidak kondusif
10.  Peserta tidak mengenal siapa saja panitia
11.  Miss communication diantara panitia
12.  Upacara penutupan yang mengulur waktu
B. KENDALA
1.      Hujan
2.      Area jelajah yang licin dan berlumpur
3.      Penunjuk jalan jelajah yang terlalu sedikit
C. SOLUSI
Sebaiknya panitia menyiapakan plan b dengan matang. Agar jika plan a tidak terlaksana maka diganti plan b








Lampiran I
AGENDA KEGIATAN

1. Minggu, 13 April 2014
07.30-09.00 : Pemberangkatan ke lokasi
09.00-10.00 : Pengondisian dan pendirian tenda
10.00-11.45 : Upacara pembukaan
11.45-13.30 : ISHOMA
13.30-17.15 : outbond dan tes kepanduan
17.15-18.00 : bersih diri
18.00-20.00 : ISHOMA
20.00-23.30 : Pentas seni dan Angkringan malam
23.30-03.00 : Istirahat Malam
2. Senin, 14 April 2014
03.00-04.00 : Muhasabah
04.00-04.20 : sholat tahajut
04.20-05.00 : Sholat subuh dan tadarus bersama
05.00-05.30 : Senam pagi
05.30-07.00 : Bersih diri dan sarapan
07.00-08.30 : Persiapan jelajah alam
08.30-14.00 : Jelajah alam
14.00-15.00 : Bersih diri
15.00-15.30 : Sholat jama’ dhuhur dan asar
15.30-16.30 : Upacara penutupan dan pengumuman
16.30-17.30 : Pulang ke jogja

Lampiran II
PANITIA KEGIATAN
Bu Lurah                : Farah Aulia Aisyah
Bu RT                     : Vindasari Kumala Dewi
                                  Yunita Khoirunnisa
                                  Zahra Ummu Huwaida
Keamanan               : Adinda Lia Analia
                                  Khoirunnisa Miftahul J
                                  Vivi Febriyani
                                  Putri Dewanti
Keibadahan                        : Dinda Aulia Fahraini
                                  Altov Akmalia Q
                                  Lulu Zakiyah
Kesehatan               : Zulfa Nadia Danasti
                                  Nurul Aulia Rahma
                                  Nur Laily Fauziyah
Konsumsi                : Destia Pungky Normal
                                  Husna
                                  Fatma Karimah M
Acara                      : Atika Agus N
                                  Astria Rossana
                                  Zulfiani Ayu Astuti



Lampiran III
LAPORAN KEUANGAN


A.   PEMASUKAN
Iuran Wajib Anggota Kelompok        8x@Rp 10.000,00                   Rp          80.000,00
Hasil Penjualan Angkringan                                                               Rp          20.000,00

B.   PENGELUARAN
1.      Perlengkapan Angkringan                                                             Rp          65.000,00
2.      Autan                                                                                            Rp            5.000,00
3.      Kain Bendera Dan Co Card                                                         Rp          10.000,00+
                                                                                                           
C.   TOTAL
Pemasukan                                                                                          Rp        100.000,00
Pengeluaran                                                                                         Rp          80.000,00-
Saldo                                                                                                   Rp          20.000,00